Ike Kartika Sari Halawa, seorang balita yang baru berusia tiga tahun, tengah berjuang melawan ancaman kanker mata.
Awalnya, keluarganya berpikir Ike hanya mengalami sakit mata biasa. Namun, siapa sangka, di balik pandangan polosnya, sel-sel kanker ganas sedang berjuang untuk menghancurkan harapan dan impian kecilnya.
Sejak lahir, mata kiri Ikeh mulai menunjukkan tanda-tanda aneh. Awalnya hanya kemerahan dan nyeri yang disangka sakit mata biasa. Ayah dan Ibu Ike, yang hidup dari hasil bertani di desa, hanya mampu membawa Ike ke puskesmas terdekat. Di sana, Ike diberi obat tetes mata dengan harapan sederhana bahwa matanya akan sembuh seperti sediakala.
Namun, kenyataan pahit menghantam keluarga Ike. Meski telah diberi obat, kondisi mata Ike semakin memburuk. Penglihatannya perlahan kabur hingga akhirnya hilang sepenuhnya. Saat kedua orang tuanya menyadari bahwa mata kiri Ike tak lagi bisa melihat, mereka memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Dengan uang yang hanya cukup untuk satu kali perjalanan, mereka menguatkan hati dan membawa Ike ke dokter spesialis.
Di rumah sakit, mereka menerima kenyataan yang menghancurkan hati. Dokter mendiagnosis Ike dengan Kanker Retinoschisis and cysts (H33.1), sebuah kanker ganas yang menyerang bola mata. Harapan yang semula ada, runtuh seketika. Ike harus menjalani kemoterapi, namun upaya itu tak mampu menyelamatkan bola mata kirinya. Kemo dihentikan, dan dengan penuh rasa sakit hati, keluarga Ikeh harus menerima kenyataan bahwa bola mata kiri anak mereka harus diangkat.
Tak hanya itu, dokter juga menyampaikan bahwa kanker telah mulai menjalar ke bola mata kanannya. Meskipun demikian, dokter masih memberikan harapan kecil bahwa mata kanannya bisa diselamatkan dengan kemoterapi setelah operasi. Namun, perjuangan ini bukanlah perjuangan yang bisa dilakukan sendirian. Ayah Ike, dengan segala keterbatasannya, kini berada di ujung keputusasaan. Betapa berat beban yang harus dipikulnya, menyaksikan anaknya perlahan kehilangan dunia yang baru saja dikenalnya.
Ike yang dahulu ceria dan lincah, kini harus menjalani hidup dalam kegelapan. Orang tuanya tak henti-hentinya menyesali keadaan, andai mereka lebih cepat bertindak, mungkin mata Ike bisa diselamatkan. Namun kini, harapan mereka tinggal satu: mata kanan Ike. Dengan bantuan dari para donatur yang baik hati, mereka berharap dapat memberikan Ike kesempatan untuk melihat dunia sekali lagi. Mari kita bersama-sama ulurkan tangan untuk Ike, agar senyumnya bisa kembali.
Di wajah kecilnya yang polos. Bantuan Anda sangat berarti, sekecil apapun itu, untuk menyelamatkan penglihatan terakhir yang masih tersisa bagi Ike.